Oleh: Ev. Iin Tjipto
Seorang imam adalah perantara yang penuh kemurahan.
Hatinya harus penuh kemurahan karena imam mengerti benar bahwa dia hidup karena anugerah dan
menerima begitu banyak kemurahan. Seorang imam tidak pernah mementingkan dirinya sendiri. Seorang imam
adalah orang yang dekat dan mengenal
hati-Ku. Seorang imam juga harus mengerti
arti belas kasihan dan tidak pernah rela membiarkan anak-anaknya tinggal tetap
di dalam dosa.
Pada masa perjanjian lama, imam
bertugas sebagai pendamai dosa umat dengan-Ku. Setiap dosa harus dibayar dengan
korban penebus dosa, dan harus seorang imam yang ditunjuk untuk menaikkan
korban itu di hadapan-Ku. Seberapa banyak dosa dan pelanggarannya, maka
sebanyak itu pula korban tebusan harus dinaikkan. Pada waktu itu, bahkan
umat-Ku sendiri tidak diizinkan menaikkan korban tebusan dosanya sendiri. Harus
seorang imam yang melakukannya. Imam
adalah sebuah jabatan atau kedudukan yang Aku pilih sendiri. Tidak ada
satu orang pun yang bisa mengangkat dirinya sendiri menjadi imam di hadapan-Ku.
Ketika Aku turun ke dunia dan
menebus seluruh dosa manusia di kayu salib, Aku telah menjadi Imam tertinggi
yang pernah ada. Ketika tirai itu terbelah, maka terciptalah jalan agar semua
umat-Ku dapat berhubungan secara langsung dengan-Ku. Setiap umat-Ku yang menaikkan doa pengampunan bagi sesamanya,
telah menjadi imam di hadapan-Ku. Namun ada orang-orang tertentu yang dipanggil
menjadi imam dalam arti terus menerus menjadi perantara. Dia harus memohon
pengampunan dosa umat-Ku dan membawanya dengan penuh belas kasihan di
hadapan-Ku.
Aku menebus seluruh dosa umat
manusia satu kali dan untuk selamanya sebagai seorang Imam Besar. Seorang imam
adalah seorang penyembah.
Engkau tidak bisa datang begitu saja di hadapan-Ku dan mendamaikan dosa-dosa
umat-Ku tanpa sebuah penyembahan terlebih dahulu. Ada sebuah ukupan wangi-wangian yang harus
engkau naikkan dahulu di hadapan-Ku. Hal ini yang jarang dimengerti oleh anak-anak-Ku.
Mereka datang ke hadapan-Ku dan masuk begitu saja, kemudian mereka menumpahkan
semuanya di hadapan-Ku tanpa pernah mengerti apa yang semestinya mereka harus
lakukan ketika berada di hadapan-Ku.
Alkitab mencatat, pada zaman dahulu, imam diikat dengan tali di
pinggangnya. Imam juga diikat dengan lonceng pada badannya. Ketika lonceng itu
berhenti berdentang, umat-Ku tahu bahwa imam mereka telah mati tersambar
kuasa-Ku karena kesalahan yang telah dibuatnya. Apa yang terjadi pada zaman
ini? Imam-imam-Ku lupa bagaimana bersikap
dengan benar dan tepat di hadapan-Ku. Ketika engkau datang ke
hadapan-Ku sebagai seorang imam, engkau harus melakukan itu dengan takut dan gentar. Ketika engkau
datang sebagai imam di hadapan-Ku, ingatlah bahwa saat itu engkau berada di
dekat tahta-Ku. Sebuah kesalahan dari ketidakmengertian bisa berakibat fatal.
Apa yang tertulis di Alkitab adalah merupakan sebuah peringatan. Eli menodai
pelayanannya karena ia mencintai anak-anaknya lebih daripada Aku, dia menginginkan
kenyamanan dan takut untuk berkonfrontasi, dia memilih untuk berkompromi. Harun
mendengar suara rakyat untuk membuat patung lembu emas. Hargai panggilanmu
dengan hidup berkenan di hadapan-Ku.
Hai para imam, datanglah ke hadapan-Ku dalam takut dan
gentar. Ketika Aku disukakan, naikkanlah doa-doamu, naikkanlah korban
pendamaian itu di hadapan-Ku, dan lihatlah apa yang engkau minta akan Aku
berikan. Pengampunan untuk umat-umat-Ku yang kadang tidak tahu membedakan
tangan kanan dan kiri, tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, tetapi engkau berdiri di hadapan-Ku dalam kekudusan dan kebenaran. Ah, tidak tahan hati-Ku. Harus ada
yang berdiri di antara diri-Ku dan umat-Ku yang keluar dari jalannya. Harus ada
yang menaikkan doa-doa agar
manusia-manusia diselamatkan, harus ada yang berdiri untuk sebuah pulau
diselamatkan, harus ada yang berdiri untuk sebuah bangsa diselamatkan dan
dipulihkan. Jadilah imam-imam-Ku, bangkitlah dan jadilah imam-imam-Ku untuk
bangsa ini. Siapa yang akan berdiri di lembah penentuan dan mengulurkan tangan
penuh belas kasihan kepada mereka yang terpuruk di dalam lembah itu? Siapa yang
mau membawa persembahan jiwa-jiwa itu ke hadapan tahta-Ku dan membuat Aku
bersorak-sorai? Bawa mereka pulang, karena hati-Ku merindukan anak-anak-Ku.