Ps. Petrus Agung Purnomo
Holy Stadium, JKI Injil Kerajaan, Semarang
22 September 2013
Kebaktian pukul 07.00
Umur rohani seseorang tidak dapat dilihat dari umur
jasmaninya. Ada orang-orang yang sudah berumur, tetapi umur rohaninya masih muda.
Usia jasmani bertambah setiap tahunnya, tetapi usia rohani belum tentu. Bahkan
sekian tahun kita menjadi Kristen pun tidak menentukan kematangan rohani kita.
Ada orang yang jauh lebih tua secara umur jasmani, tetapi tidak dapat
dipercayai dan hidupnya tidak menjadi contoh dalam Kekristenan.
Indikasi
kedewasaan di dalam Alkitab adalah
“Kemampuan kita menangani masalah, kekurangan, atau
penderitaan
dan kesanggupan menangani berkat, kemuliaan, dan
anugerah yang Tuhan berikan.”
Kedewasaan rohani berkata, “Apakah kita bisa meng-handle dengan baik kedua ekstrim ini?” Ada orang yang sangat baik
saat meng-handle penderitaan. Ketika
hidup mereka bergeser dan Tuhan mengizinkan mereka untuk menikmati hal-hal yang
baik, enak, berkelimpahan, serta semua hal yang semua serba mudah, hidup mereka
mulai bergoyang. Tindakan, respon, perkataan, cara pandang, bahkan integritas
mereka hilang. Hal ini menunjukkan ketidakstabilan atau ketidakdewasaan rohani.
Kita akan mempelajari dari Alkitab, tentang titik
paling kritis yang dialami Yesus, yaitu saat Yesus berada di Taman Getsemani.
Kita akan melihat dari sudut pandang “kemanusiaan Yesus”, supaya kemanusiaan
kita juga dibangun oleh karena kemenangan-Nya.
Matius 26:36-46
“Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya
ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya:
"Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." Dan Ia
membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih
dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti
mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." Maka
Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang
tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu
jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke
dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." Lalu Ia pergi
untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka
sudah berat.Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga
kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga. Sesudah itu Ia datang kepada
murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan
istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke
tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan
Aku sudah dekat."”
·
Yesus berkata, “Rasanya seperti mau mati”. Pernahkah kita mendengar
orang skeptis (kurang percaya) berkata, “Katanya Engkau Tuhan.. Tapi kok takut
mati..” Mudah sekali berbicara seperti itu. Tapi pernahkah kita menempatkan
diri di posisi Yesus? Dia harus
mengalami kematian untuk menanggung semua dosa manusia dari semenjak penciptaan
sampai ke akhir zaman. Semuanya ditanggungkan
ke diri-Nya sekaligus.
- Contoh yang cukup menggambarkan tentang penderitaan yang Yesus alami, adalah seperti seorang wanita yang mau pergi ke undangan. Dia sudah memakai gaun pesta, pergi ke salon menata rambut begitu rupa, disemprot hairspray di seluruh bagian rambut, dan bajunya diberi parfum terbaik. Tiba-tiba, Ps. Viktor berkata, “Ibu, mari ikut saya. Di penampungan sampah XX, ada gunung sampah. Di atas gunung sampah itu ada anak yang tergeletak. Saya perlu ibu untuk membantu, karena ibu adalah pendaki gunung yang hebat.” Pada situasi kondisi ini, ibu ini harus berbuat suatu tindakan untuk menolong anak yang tidak dikenal.. Anak yang akan ditolong pun tidak kenal dengan ibu ini.. Ibu ini memutuskan untuk naik ke gunung sampah dengan menggunakan sepatu hak tinggi untuk memungut 1 orang bayi yang hampir mati, dikerubuti lalat, dan digigiti semut dan serangga.
- Tuhan yang tidak pernah berdosa, harus mengalami kematian. Kita kadang berpikir terlalu simple, “Mati itu berarti roh kembali ke Bapa”. Tapi bukan itu yang Yesus pikirkan saat itu. Dia berhadapan dengan dosa seluruh manusia. Oleh karena itu, Yesus berkata, “Rasanya seperti mau mati”.
Reaksi Yesus ketika Dia berada di titik yang paling
berat ini adalah mengambil 3 orang murid-Nya untuk menemani Dia berdoa di Taman
Getsemani. Jangan malah kita mengambil mikrofon, bicara di TV, radio, dan
teriak, “Tolong saya, saya dalam masalah!” Percayalah, sebagian besar orang
yang mendengar akan bertepuk tangan. Pertolongan yang akan datang pada kita adalah
tipuan hati manusia, yang memanfaatkan situasi dan kondisi yang kita alami.
Coba pelajari dari kehidupan Yesus. Saat Yesus memberi
makan, Dia panggil ribuan orang untuk datang pada-Nya. Saat Yesus menyembuhkan
orang-orang sakit, juga bukan masalah apabila Dia menunjukkan ke-Tuhanan-Nya di
depan banyak orang. Tetapi di saat yang paling berat, Dia memutuskan untuk menghadapinya
sendiri. Hanya 3 orang saja yang boleh mendampingi Dia.
Sekarang, apa reaksi kita ketika persoalan dan
permasalahan semakin berat di dalam hidup kita? Apakah kita semakin ingin
teriak pada banyak orang? Apakah dengan teriakan kita akan menolong atau malah makin
memperburuk suasana? Mengapa kita lebih mengandalkan teriakan kita? Kalau kita teriak
sana-sini, itu tandanya kita masih seperti bayi. Bayi kalau membutuhkan
sesuatu, dia akan berteriak, dia berharap seluruh rumah dapat mendengar
teriakannya.
Berkali-kali saya naik pesawat, ketika mau take off dan landing, banyak teriakan dan jeritan dari bayi-bayi. Pertanyaannya,
“Apakah seluruh pesawat berkata oo bayi itu lucu ya.. Teriak-teriak?” Ada
beberapa orang berkata, “Ini anak rewel banget sih”. Ada orang-orang yang tidak
mau punya anak berkata, “Ini bayi.. Membuat bising pesawat saja..” Dan
orang-orang yang tertidur akan berkata, “Awas loh bocah.. Mengganggu tidur
orang saja..” Lihat.. Reaksi orang berbeda-beda.
Yesus di tengah penderitaan-Nya yang berat, Dia
dihadapkan pada kehendak Bapa dan kehendak manusia-Nya. Dia tidak pergi kepada
banyak orang dan mengumpulkan orang-orang untuk mendukung Dia. Kalau Yesus
mengumumkan hal ini, ada puluhan ribu orang akan berkumpul, Yesus tingga
melakukan demonstrasi kuasa, dan kemudian menyampaikan pidato, “Moso aku mo
dicekeli piee..” Ribuan orang akan
berteriak, “Jangan sampai hal itu terjadi pada-Mu”. Semua orang akan pergi dan
melakukan demonstrasi ke Herodes dan akan terjadi huru-hara. Bayangkan kalau saat
itu Yesus bercerita kemana-mana, orang-orang yang pernah disembuhkan akan
berkumpul, orang-orang yang pernah dibangkitkan akan berkumpul juga, dsb. Kalau
versi Holywood, Yesus akan pergi ke makam, dan Dia akan membangkitkan semua
orang mati, maka zombie-zombie (mayat-mayat hidup) akan memenuhi dunia.
Ibrani berkata, “Kita mempunyai Imam Besar yang
mengerti apa yang kita rasakan”. Dia mau membela kemungkinan. Kemungkinan
artinya sebuah kekuatan dari pengaruh dan kekayaan yang besar. Yesus berkata
dalam doa-Nya yang pertama kali, “Kalau gini, bagaimana Tuhan?” Lalu kemudian
Yesus berkata, “Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu yang jadi”. Yesus berdoa
seperti itu dan kemudian kembali kepada para murid-Nya setelah kira-kira Yesus
berdoa selama 1 jam. Yesus berdoa selama 1 jam, dengan menggunakan 2 kalimat. Kita
berdoa 1 menit dengan seribu kalimat. Lihat.. Betapa cerewetnya manusia dengan
omong kosong.
Yesus menengok ketiga temannya saat Dia berada di
tengah masalah yang paling berat di hidup-Nya. Dia masih tetap ingat ada 3
orang yang mengikuti-Nya untuk berdoa. Tetapi mereka tertidur. Walau para murid
tertidur, dari mulut Yesus tetap keluar nasehat yang luar biasa. Dia berkata
pada Petrus, “Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga 1 jam saja dengan-Ku, supaya
engkau tidak jatuh pada pencobaan? Roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
·
Dalam ayat ke 40 versi Amplified
Bible, dikatakan bahwa, “And He came
to the disciples and found them sleeping, and He said to Peter, What! Are you
so utterly unable to stay awake and keep watch with Me for one hour?” Yesus
menunjukkan reaksi kaget dengan berkata “What!! Apakah engkau tidak sanggup
untuk terbangun dan berjaga-jaga selama 1 jam saja?” Yesus mau berkata bahwa ini
masalah hidup mati seluruh dunia, Nak.. Nak.. Kamu kenapa tidak bisa berjaga-jaga?
·
Kemudian Yesus berkata, “All of
you must keep awake (give strict attention, be cautious and active) and watch
and pray, that you may not come into temptation. The spirit indeed is willing,
but the flesh is weak.” Dia berkata kepada ketiga murid-Nya, “Semuanya harus
terus bangun dan jangan tertidur. Berikan perhatian yang fokus dengan keras.
Waspada dan aktif. Berjaga-jagalah dan berdoa, sehingga engkau tidak jatuh ke
dalam pencobaan. Roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
·
Yesus berkata bahwa supaya tidak tertidur, kita harus aktif. Untuk aktif,
kita harus waspada, setiap saat serangan dan jebakan bisa muncul, oleh karena
itu, kita butuh fokus. Yesus hanya meminta 1 jam saja untuk fokus dan waspada. Kata
“aktif” bukan asal kegiatan aja. Kekristenan yang pasif akan mematikan dan
menghancurkan. Kalau gereja isinya kegiatan yang untuk kalangan sendiri saja,
itu bukan gereja yang aktif, tetapi itu adalah gereja yang kurang kerjaan.
Banyak jiwa di luar yang menunggu kabar baik dan keselamatan yang Tuhan
tawarkan.
·
Yesus meminta kedewasaan. Kalau fokus kekristenan kita hanya lapar,
pipis, makan, tertawa seperti bayi, ya lucu sih. Semua orang yang ada di
sekitar kita akan merasa segar kalau berkumpul bersama dengan Anda. Dan semua
orang itu akan tertular untuk menjadi bocah.
Banyak anak ribut di kelas tidak karuan, mereka tidak bisa berjaga dan tidak
ada pengendalian diri, tidak bisa fokus. Orang yang dewasa, mereka akan fokus, berjaga-jaga,
dan juga aktif. Yesus mau berkata, “Dari 12 murid, 1 yang terhilang. Nah, dari 11
murid yang tersisa, Aku ambil kalian bertiga yang paling dewasa secara rohani,
karena di masa-masa tersulit, kita tidak bisa membawa semua orang.” Di taman Getsemani,
kita tidak bisa tidur seperti bayi. Di Getsemani kita tidak bisa menonton bola,
main game, dan nonton TV.
Anak SD Terang Bangsa kita, meraih juara perlombaan
basket. Kategori Pria meraih juara 3 dan kategori Putri meraih juara 1. Menang.
Di dalamnya ada anak Ps. Victor dan Ps. Hengky. Ditanyalah padanya, “Kamu masukin
berapa?” Dia menjawab, “Hehehehe..” Anak Ps. Victor berkata, “0, karena bolanya
tidak dioper ke saya.” Kami lanjut bertanya, “Berapa menangnya?” “32:2”. “Lawanmu
siapa?” “SD Antonius.. Ngga… Ngga…. SD XX.. SD XX” Lihat.. Anak kecil saja
kebingan siapa lawannya. Bayangkan kalau Yesus seperti itu, mau berdoa bagaimana?
Kita ingin Tuhan datang seperti apa? Di titik yang paling ujung, Dia mencari
orang matang dan dewasa. Kadang kita berkata, “Aku mau merintah bersama Tuhan?”
Nanti dulu.. Kalau nanti sedang memerintah terus Anda berteriak “Oeeee..” kan jadi
masalah. Coba bayangkan saat-saat Yesus sedang bergumul dan kemudian kita
berkata, “Komputerku rusak.” Kalau kita
bermain-main dengan Tuhan dan menjadi bayi terus-menerus, kita tidak berhak
mendapatkan seluruh hak waris-Nya. Memang lucu sih, tetap menjadi bayi, tetapi
Tuhan tidak mungkin membawa kita ke hal-hal yang lain.
Pa Charlie suatu hari kotbah di Kopeng. Pa Charlie
berkata pada istrinya, “aku akan ajak anak untuk ikut kotbah.” Mulailah Pa
Charlie berkotbah dengan berapi-api sambil memegang Ipad. Tiba-tiba anaknya
berkata, “Gamenya pie pi.” Pa Charlie tetap melanjutkan kotbahnya dan stay cool. Kemudian anaknya bertanya
lagi, “Buka game-nya gimana pi?” Pa
Charlie berhenti kotbah mengurusi Angry
Bird dan beliau berubah menjadi angry
preacher.
Yesus kemudian berdoa kembali. Doa-Nya yang kedua berbeda.
Doa yang pertama berkata “Jikalau mungkin”, sedangkan doa yang kedua berkata,
“Jikalau cawan ini harus Kuminum, biar kehendak-Mu saja yang terjadi.” Yesus
tidak berbicara kemungkinan yang lain, Dia berubah dari sisi kemanusiaan, masuk
sisi ke-Ilahian-Nya. Yesus berkata, “Apa yang Engkau mau, Aku juga mau”. Yesus
tidak melakukan tawar-menawar lagi. Dalam 1 jam saja, cukup untuk Yesus untuk mengerti
hati Bapa-Nya. Yesus langsung melihat mandat dan Destiny-nya.
Setelah kedua kali berdoa, Yesus kembali dan melihat
para murid tertidur. Tetapi ada yang unik saat Yesus kembali di kedua kalinya.
Yesus hanya membiarkan mereka, Yesus tidak menegur, dan tidak membangunkan
mereka. Mata para murid begitu berat (heavy
outside), tetapi Yesus merasa very
heavy inside. Kualitas beban Yesus dan para murid berbeda drastis. Pada
kali yang kedua ini, Yesus membiarkan mereka tertidur. Membiarkan dalam konteks
ini memiliki pengertian “mengampuni” mereka. “Ok lah.. Sudah berat..”
“Semakin menang dengan Tuhan, roh pengertian akan semakin
luar biasa.
Seseorang yang menang dengan Tuhan, tidak akan banyak
menuntut lagi, tetapi lebih banyak dengan pengertian.
Hati tidak menjadi patokan lagi. Dia menyelesaikan
pergulatan diri-Nya dan Dia memutuskan untuk mengampuni mereka.”
Setelah itu, Yesus berdoa untuk yang ketiga kalinya.
Yesus mengucapkan kalimat yang sama, “Bapa, kalau cawan ini harus Aku minum,
biar kehendak-Mu yang terjadi.” Seselesainya Yesus berdoa, Dia kembali dan
melihat murid-murid-Nya masih tertidur. Kemudian Yesus berkata, “Tidurlah.. Istirahatlah..”
“Orang yang sudah menang di dalam hati, tidak akan
hobi lagi menuntut orang lain lagi di dalam segala hal, dengan berkata harus begini..
Harus begitu... Kalau kita tidak pernah menang, kita akan selalu memberikan tuntutan
pada orang lain, padahal letak kesalahan yang sesungguhnya adalah pada dirinya
sendiri.”
“Semakin kita dewasa secara rohani, maka roh
pengertian akan semakin menguasai kita.
Cara pandang pada diri sendiri, orang lain, dan pada
Tuhan pun jadi berbeda.”
Tadi malam Tuhan memberi saya penglihatan yang ajaib. Saya
melihat sebuah tempat seperti sekolah. Semuanya 1 lantai. Ada lapangan dan
taman yang luas. Di sana ada banyak kelas. Yesus berkata, “Nak, ini adalah anak-anak-Ku
yang Aku siapkan untuk memerintah dengan-Ku.” Saya mengintip ke dalam kelas-kelas
yang ada. Saya melihat ke kelas yang pertama, di sana banyak orang sedang
belajar bahasa. Saya bertanya, “Bahasa apa itu Tuhan?” Tuhan berkata, “Ingat
perkataan Alkitab saat Yesus menegur murid-murid-Nya bahwa kamu tidak mengenal
bahasa-Ku? Ini adalah bahasa kita.” Bahasa kita harus sama untuk memerintah dan
bergerak bersama dengan Dia.
Saya melihat juga ke kelas yang lain. Di kelas ini
orang-orang sedang belajar di kelas Protokuler Kerajaan Surga. Yesus tidak
pernah mengajari kita berdoa kepada Roh Kudus. Walau memang, kita bisa
mengobrol dengan Roh Kudus. Tetapi Yesus mengajari kita untuk meminta kepada
Bapa atau kepada Yesus secara langsung.
Saya pergi ke kelas lain. Ada kelas War Room, dimana orang-orang diajari
untuk berperang secara efektif, bukan perang ngawur-ngawuran. Banyak orang
zaman sekarang menggunakan kata, “Tuhan berkata.. Tuhan bicara..” tetapi pada
saat mengeksekusi yang telah direncakan, semua orang pada tumbang. Contoh: Tuhan
berkata kita harus naik gunung, tetapi baru berjalan 10 menit sudah
keplek-keplek. Kalau Tuhan memberikan visi, Dia pasti akan memberikan
kesanggupan dan kemampuan untuk menyelesaikannya. Di dalam kelas ini, orang-orang
semuanya tenang, tidak ada yang ribut, tetapi mereka melakuin semuanya dengan
efektif. Cara mereka meng-execute
(mengerjakan sesuatu) cepat sekali.
Saya melihat juga ada kelas berhitung. Tuhan berkata
semuanya ada hitungannya. Tuhan berkata, “Siapa yang hendak membangun menara, dia
harus menghitung anggarannya. Siapa yang hendak berperang, dia harus menghitung
berapa musuhnya. Semua ada hitungannya.” Ripple
Factor, melakukan 1 hal, tetapi efeknya menimbulkan riak-riak gelombang yang
besar.
Tuhan kemudian membawa saya ke kelas yang memiliki
level paling tinggi. Kelas ini kecil, muridnya tidak terlalu banyak. Ada beberapa
tempat duduk biasa, tetapi di depan mereka, ada sebuah otak manusia besar
sekali. Mereka berjalan memutari otak itu. Guru yang mengajar pun tidak
terlihat. Hanya ada suara yang mengarahkan. Dan uniknya, instruksi yang
diberikan berbeda-beda kepada setiap pribadi. Tuhan berkata, “Ini adalah Pikiran
Kristus. Cara berpikir Tuhanmu. Cara Tuhanmu mengambil keputusan, apa yang Tuhanmu
pikirkan saat hendak melakukan sesuatu.” Bukankah Paulus pernah berkata, “Kami
memiliki Pikiran Kristus.” Bagi orang-orang yang pertama kali masuk kelas ini, semuanya
pada kebingungan. Sedangkan orang-orang yang senior tertawa sendiri
terus-menerus sambil berkata, “Dulu aku tidak mengerti.. Ternyata ini yang
benar.. Ini yang benar…” Bagi para pemula, perlu waktu penyesuaian yang lumayan
lama.
Saya juga dibawa ke ruangan kelas yang lain. Di tempat
ini, bukan lagi otak yang ada di depan kelas, tetapi jantung hati yang
ukurannya besar sekali, berwarna merah, berdenyut, dan para muridnya memutari
jantung ini. Di kelas ini, isinya orang-orang yang menangis. Ada yang telungkup,
ada yang memegangi hati, dsb. Tapi semua orang menangis di ruangan ini. Saya
bertanya, “Apakah ini ruang ratapan?” Tuhan berkata, ”Bukan, ini adalah ruangan
Perasaan Kristus. Bukankah ada tertulis, kita mempunyai pikiran dan perasaan yang
terdapat dalam Kristus Yesus? Semua orang yang ada di ruangan ini mengerti
cinta-Ku pada manusia, pada jiwa-jiwa, mereka mengerti cinta-Ku padamu.
Semuanya terbuka di sana.” Semua orang di tempat itu meneteskan air mata. Tuhan
berkata, “Hari ini, Aku mau menyatukan hati-Ku dengan hatimu. Aku akan kunci,
supaya engkau tidak bisa lari lagi dari hati-Ku.”
Kedua kelas ini adalah kelas yang paling tinggi. Semua
dari kita harus belajar. Ini kelas yang berbeda. Yesus memiliki roh pengertian yang
luar baisa. Yesus melihat orang tidak pernah marah. Banyak orang yang
mengandalkan niat baik, tapi itu tidak cukup. Kita harus mengerti pikiran dan
hati-Nya. Kalau kita tidak memiliki roh pengertian, maka umur kita tidaklah
seberapa.
Ada
orang yang pergi ke daycare (tempat
penitipan anak).
·
Ada orang yang berkata, “Pak, ruangan ini kok bau ee dan pesing semua?”
Ini daycare, aromanya ya pasti begitu.
Anak-anak banyak yang ngompol dan ee dimana-mana.
·
Kita tidak bisa mengamuk dan memaksa ruangan daycare harus harum. Parfum itu letaknya di hati kita dan hati kita
perlu perawatan. Lihat.. Betapa mudahnya kita menjatuhkan vonis dan penghakiman
pada orang-orang yang ada di sekitar kita. Padahal Tuhan sedang melihat respon hati
kita.
Biarlah
kita menjadi dewasa. Biarlah hati dan pikiran-Nya ada pada kita. Supaya makin
hari makin, kita semakin luar biasa di dalam Dia.
Closing
Ada
sebuah cerita yang di satu sisi kita merasa sedih, tetapi di sisi lain, kita
dapat melihat kebaikan Tuhan yang luar biasa.
Satu orang ibu melahirkan seorang anak. Setelah
melahirkan, ibu ini menjadi gila dan dia pergi menjadi gelandangan. Hingga hari
ini, ibu ini tidak dapat ditemukan. Anaknya dititipkan pada orang lain. Semenjak
diterima, bayi ini didoakan, dibacakan Alkitab setiap hari. Setelah berumur 6
bulan, di suatu pagi, anak ini tiba-tiba meninggal dunia. Otomatis yang
menjagai bayi ini kaget berat. Ada pertanyaan di dalam hati, “Kenapa, Tuhan?
Kenapa!!!” Kadang kita berkata, “Tuhan kan bisa memberi kesempatan hidup puluhan
tahun?” Memang Dia bisa.
Memang ada juga yang Tuhan izinkan untuk hidup puluhan
tahun, seperti ada 1 Hamba Tuhan yang bersaksi tentang kehidupannya dan
melayani orang-orang gila. Tetapi ada kasus juga dimana anak berumur 6 bulan,
dirawat begitu rupa, dibawa pulang Tuhan. Apapun pilihan-Nya, jangan pernah meragukan
niat baik-Nya. Kebaikan Tuhan itu sempurna. Tidak ada 1 titik kejahatan pun yang
ada di hati-Nya. Dia punya banyak pilihan, Dia memilihkan yang terbaik untuk
setiap orang. Pikiran dan hati kita tidak bisa mengerti, makanya kadang reaksi
kita salah, kadang marah dengan Tuhan, karena kita tidak berani marah dengan
orang lain. Kadang kita meragukan pilihan-Nya. Bukankah kita percaya semuanya berada
dalam kendali-Nya? Dia bahkan mengerti jumlah rambut di kepala kita. Kebaikan-Nya
sempurna bagi kita, percayalah… Dia ingin kita naik dalam kedewasaan luar
baisa. Sampai 1 hari, kita dapat mengerti pikiran dan perasaan-Nya. Tetap
percayai Dia.
Closing Song: Trust His Heart
God is too wise to be mistaken
God is too good to be unkind
So when you don't understand
When you don't see His plan
When you can't trace His hand
Trust His heart
Trust His heart