Yandi
Tanaga
@Bandung, 28 November 2012
Matius 5:14,
“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas
gunung tidak mungkin tersembunyi.”
Pada hari Senin - Selasa (19-20
November 2012) yang lalu, saya mengikuti pelajaran Alkitab di GKPB Fajar
Pengharapan Bandung. Tepatnya pada hari Selasa, ketika saya hendak menginjakkan
kaki keluar gedung gereja, ada seorang bapak yang kebenaran keluar bersamaan dengan
saya. Bapak ini memandangi saya dan saya juga memandangi dia. Dalam jarak
dekat, kami saling bertatapan, mata dengan mata selama beberapa waktu. Kemudian
dia memalingkan matanya ke atas dan berkata, “Waw, rambutnya bagus ya. Tinggi
sekali..” Saya tersenyum dan kemudian beliau menambahkan, “Seperti burung
perkutut.” Kebenaran pada saat itu, rambut saya sedang di style Mohawk dengan
sedikit bleaching kuning. Saya responi dengan tertawa dan saya berkata, “Iya
om, sengaja saya buat tinggi biar sinyal hati kepada Tuhannya kuat.” Bapak ini
pun ikut tertawa dan berkata, “Ooo begitu toh.” Dan kemudian kami berpisah satu
dengan yang lain.
Banyak sekali
pengalaman-pengalaman yang kita alami dan rasakan. Kadangkala pengalaman itu
pahit bagi kita, tidak mengenakkan hati kita, tetapi semua itu bisa menjadi
baik atau menjadi semakin buruk tergantung dari respon kita terhadap segala
situasi yang kita alami. Respon ini ditentukan oleh hak kebebasan yang kita
miliki. Dan semua respon yang kita pilih, semuanya harus dipertanggungjawabkan
di hadapan Tuhan dalam penghakiman yang akan dinikmati oleh seluruh manusia,
ketika meninggal nanti.
- Dikatakan dalam Wahyu 20:12, “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu”.
Semua pengalaman, entah itu yang
baik maupun yang terlihat buruk di mata manusia kita, diizinkan Tuhan terjadi agar
kita dididik untuk menjadi pribadi percaya penuh pada-Nya dan juga untuk
menjadi pribadi yang dewasa secara rohani. Pribadi yang dewasa secara rohani
tidak ditentukan oleh umur seseorang, tidak juga ditentukan oleh lama tidaknya berjemaat di sebuah gereja, berapa lama dia mengikut Kristus, jabatan di dalam gereja, dst. Salah satu alat ukur kedewasaan rohani seseorang adalah dari
buah-buah Roh yang dimiliki dan dihidupi sehari-hari dalam kehidupan orang tersebut.
- Di dalam Galatia 5:22-23 dikatakan, “Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri
.”
Orang yang dewasa secara rohani
memiliki buah-buah Roh seperti yang telah disebutkan di atas. Orang yang dewasa
rohani, ketika dia dicaci, dihina, diejek, dijelek-jelekan, difitnah, dsb, dia
akan tetap memiliki rasa damai sejahtera di hatinya, ada kesabaran, ada penguasaan
diri atas emosinya, hatinya penuh kasih untuk mengampuni orang yang menganiaya
dia. Sampai saat ini, belum ada seorang pun di bumi ini yang bisa
mempertahankan dan menunjukkan kematangan pada keseluruhan buah-buah Roh tersebut,
kecuali Tuhan Yesus Kristus sendiri.
Dari Alkitab kita dapat belajar
banyak tentang buah-buah Roh yang ditunjukkan oleh Yesus. Misalnya: diam ketika
dianiaya, menerima orang yang berdosa, berkorban nyawa demi mempersiapkan jalan
keselamatan bagi seluruh manusia yang mau percaya kepada Dia, walau telah
dianiaya begitu rupa tetap mengampuni sampai akhir, tidak menyalahgunakan
otoritas atau kuasa yang dimiliki, menyelesaikan tugas dan setia sampai akhir,
dst.
Untuk menjadi sempurna seperti
Yesus itu mustahil apabila tanpa campur tangan secara langsung dari Tuhan
sendiri, karena kita masih memiliki daging yang memiliki kecenderungan untuk
berbuat dosa. Tidak ada manusia yang sempurna. Kita adalah manusia terbatas.
Namun di tengah keterbatasan kita, kita patut merasa bangga karena kita
memiliki Tuhan yang tidak terbatas yang mau hidup dan tinggal di dalam diri
kita.
Kita masih harus terus belajar hari demi hari, dari pengalaman demi pengalaman bersama dengan Dia. Kita akan dididik Tuhan dari satu level ke level yang lebih tinggi, dari kasih yang satu kepada level kasih yang lebih tinggi, dst. Dan satu hal yang perlu ditekankan, bahwa perubahan seseorang yang menyangkut watak, tidak ada yang instant, karena semuanya sudah dipupuk semenjak dia masih kecil. Oleh karena itu, kita masih harus terus disempurnakan dan dikuduskan setiap hari untuk menyambut kedatangan-Nya kelak.
Kita masih harus terus belajar hari demi hari, dari pengalaman demi pengalaman bersama dengan Dia. Kita akan dididik Tuhan dari satu level ke level yang lebih tinggi, dari kasih yang satu kepada level kasih yang lebih tinggi, dst. Dan satu hal yang perlu ditekankan, bahwa perubahan seseorang yang menyangkut watak, tidak ada yang instant, karena semuanya sudah dipupuk semenjak dia masih kecil. Oleh karena itu, kita masih harus terus disempurnakan dan dikuduskan setiap hari untuk menyambut kedatangan-Nya kelak.
Kembali kepada cerita awal, apabila saudara berada
di posisi saya, keputusan apa yang akan saudara ambil?
- Marah? “Bapak menghina rambut saya? Berani ya? Emang rambut bapak lebih bagus dari saya?”
- Sakit hati? “Kok orang gereja model gini sih? Tidak ada kasih. Bukannya katanya tidak boleh ngomongin dan ngejek orang?”
- Kecewa dan menggerutu? “Di gereja tidak ada yang benar orangnya, daripada aku lebih dikecewakan lagi, lebih baik diam di rumah atau cari gereja lain lagi.” Atau “Tidak ada gereja-gerejaan lagi mulai sekarang!”
- Ingin balas dendam? “Awas ya Pak, nanti saya balas. Bapaknya tidak bisa menerima balasan tidak menjadi masalah, akan saya incar anaknya. Biar dia merasakan sakit yang sama seperti yang ada di hati ini.”
- Bergosip? “Jangan ke gereja itu, tidak benar ajarannya, tuh bapak itu ngomongnya menyakitkan hati.”
- Menyalah gunakan kekuasaan? “Saya ini penatua di gereja ini, saya ini orang yang berpengaruh di sini, saya ini donatur gereja ini, saya ini gembala gereja ini, atau saya ini pemilik gereja ini. Kalau bapak tidak minta maaf, saya blacklist dari jemaat.”
Saya berdoa supaya saudara tidak memilih salah satu
atau beberapa pilihan di atas.
Puji Tuhan saudara, saat itu
saya memilih untuk tersenyum. Saya mengucap syukur kepada Tuhan karena masih
ada orang yang mengkritik saya. Itu tandanya Tuhan masih care dan memperhatikan saya. Pada saat itu, di dalam hati saya
percaya, Tuhan pasti sedang merencanakan sesuatu yang indah dari pengalaman
ini. Saya kembali ke rumah dan tidak bercerita apapun kepada keluarga saya
tentang hal ini.
Keesokan harinya, ketika kami
bekerja, adik saya mendapat teguran dari papa kami. Mukanya muram dan hatinya
panas. Saya berpikir, pastilah masalah ini bakal berkepanjangan hingga
berhari-hari.
Di saat-saat seperti itu, Roh
Kudus berkata, “Ceritakan pengalaman yang kamu alami kemaren.”
Saya bertanya, “Roh Kudus,
pengalaman yang mana?”
Roh Kudus berkata, “Burung
perkutut.”
Saya teringat akan pengalaman
ini dan saya mulai bercerita. Saudara tahu hasilnya? Di tengah kemarahan dan
panas hati yang dialami adik saya, sebuah senyum mulai terpancar dari wajahnya.
Tidak lama kemudian, mama saya yang ikut mendengar cerita ini bersama dengan adik
saya tertawa terbahak-bahak. Kemarahan dan panas hati yang dialami adik saya selesai dalam sekejab karena cerita ini. Rencana si iblis yang ingin merusak hubungan antara ayah dan anak selama berhari-hari, digagalkan Tuhan dalam sekejab. Tuhan membutuhkan anak-anak-Nya yang mau "menurut" akan apa yang Dia kehendaki, bukan yang "berpikir" maunya sendiri tentang bagaimana menyenangkan hati Tuhan.
Dari sepenggal cerita ini, kita dapat mempelajari
banyak hal, diantaranya sebagai berikut:
- Tuhan bisa mengubah sesuatu yang kita anggap buruk menjadi sebuah berkat bagi orang lain, apabila kita "menurut" akan apa yang Dia kehendaki, menjaga hati, dan memilih respon yang benar di hadapan Tuhan.
- Kita harus menjaga hati kita, karena dari hati terpancar kehidupan. Respon yang kita ambil, apapun itu, menunjukkan suasana hati kita. Kalau hati kita marah dan geram, maka responnya pun marah dan geram. Kalau hati kita penuh sukacita, respon kita pun pasti penuh sukacita.
- Kedewasaan rohani seseorang tidak dapat ditentukan dari umur, jabatan, kekuasaan, seberapa lama dia berjemaat dan mengikut Kristus. Tetapi kedewasaan rohani dapat diukur salah satunya dengan buah-buah Roh yang ada dalam hidupnya.
- Jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain, bawa mereka untuk mengenal Kristus lebih dalam. Biarlah mereka melihat ada sesuatu yang berbeda di dalam hidup kita. Sebuah kualitas kehidupan yang tidak dimiliki oleh orang-orang pada umumnya.
- Kita harus banyak berterima kasih kepada orang yang mengkritik kita. Dengan respon yang tepat, hidup kita akan dibawa Tuhan semakin naik dan bukan menjadi turun. Memang pada awalnya mungkin kita akan banyak ditertawai orang, namun kita akan melihat, “Siapa yang akan tertawa pada akhirnya.”
- Amsal 12:1, “Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.”
Segala pujian, hormat, syukur, kemuliaan, dan kuasa hanya bagi Tuhan Yesus Kristus.
Tuhan Yesus Kristus memberkati.
Tuhan Yesus Kristus memberkati.